Henok Ayaumen Memberantas buta Aksara di Papua Barat - Pendidikan merupakan bekal penting untuk masa depan generasi muda, namun sulitnya mendapat layanan pendidikan yang baik, saat ini masih menjadi PR yang harus diselesaikan. Meski pemerintah terus menambah sarana pendidikan, tetap saja belum bisa menjangkau semua area. Saat ini masih banyak ketimpangan fasilitas pendidikan terutama di pedalaman.
Henok Ayaumen Pemberantasan buta Aksara di Papua Barat |
Cerita sedih dialami oleh Henok Ayaumen. Lelaki penuh semangat ini cukup prihatin dengan kondisi di sekitar tempat tinggalnya. Banyak anak-anak usia sekolah sampai remaja yang tidak bisa baca tulis. Keterbatasan ekonomi dan pemahaman akan pentingnya pendidikan yang masih rendah menjadi kendala.
Tidak hanya terhenti karena merasa prihatin, lelaki dari Papua Barat ini juga mengkhawatirkan masa depan tempat lahirnya jika anak-anak muda tidak mendapat akses pendidikan yang layak.
Mendirikan Rumah Baca Sijo
Henok Ayaumen tidak tinggal diam dengan kondisi di sekitarnya saat itu. Lelaki enerjik ini kemudian ambil peran dalam kemajuan masyarakat dengan mendirikan rumah baca yang diberi nama Sijo. Lokasi rumah baca tersebut di kampung Dugrijmog, distrik Didohu, kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Keinginan dan tekad untuk mendirikan rumah baca memang tidak serta merta datang. Ketika lulus kuliah dari STKIP Muhammadiyah pada tahun 2021, Henok memikirkan aktivitas apa yang akan dilakukan agar bisa berkontribusi pada kampung halaman.
Di tengah kegundahan akan kondisi masyarakat di tanah kelahirannya, Henok mendapat inspirasi dari postingan Lamek Dowansiba yang lebih dulu menggemakan gerakan literasi di Papua Barat.
Awalnya gerakan literasi Henok dilaksanakan di Soribo, distrik Manokwari Barat dan setelah berjalan selama empat bulan, kemudian pindah ke Kampung Dugrijmog, Distrik Didohu, kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Dengan fasilitas yang sangat sederhana, Henok yang mempunyai semangat tinggi untuk memberantas buta huruf di Papua Barat terus menjalankan aktivitasnya. Tanpa adanya gedung sekolah yang memadai dan buku-buku penunjang, semangat Henok tidak pernah padam.
Bahan bacaan yang digunakan untuk mengajar pun berasal dari donasi yang diberikan oleh Lamek Dowansiba. Pemuda-pemuda yang mempunyai semangat tinggi untuk kemajuan Papua itu pun saling mendukung dan memberi semangat.
Henok melihat, kondisi masyarakat yang buta huruf atau tidak bisa baca tulis, sebenarnya tidak hanya karena mereka tidak mau belajar, namun juga karena keterbatasan untuk mendapat akses pendidikan. Untuk pergi ke ibu kota kabupaten, masyarakat harus menempuh perjalanan sejauh 10 km dengan medan yang cukup sulit.
Belajar dari Pengalaman
Semangat juang yang dimiliki Henok tidak terlepas dari pengalamannya yang merasakan kesulitan untuk bisa mengenyam bangku pendidikan. Saat SD, Henok dan teman-temannya harus berangkat jalan kaki sejam jam 5 pagi untuk menuju tempat belajar.
Perjalanan dengan medan berat dan penuh rintangan, seringkali membuat semangat belajarnya turun. Namun dari kecil, lelaki yang mempunyai impian besar itu terus bangkit untuk mendapat pendidikan yang baik.
Keterbatasan akses pendidikan masih terjadi sampai Henok duduk di bangku kuliah. Belum banyak penambahan sarana pendidikan yang bisa menampung anak-anak yang ingin bersekolah.
Berkat perjuangan Henok Ayaumen, saat ini anak-anak usia sekolah sampai yang berumur 16 tahun hampir semuanya sudah bisa membaca dan menulis. Tidak mudah bagi Henok untuk mengawali dan menjalankan mimpinya, namun berkat kegigihannya saat ini hasilnya sudah terlihat.
Pemuda satu ini tidak mau maju sendirian, namun berharap semua masyarakat di lingkungannya juga bisa lebih maju dengan mendapat akses pendidikan. Sampai saat ini Henok masih berharap banyak uluran tangan baik dari pemerintah maupun pihak lain untuk bisa memberikan akses pendidikan terbaik, termasuk di daerah pegunungan seperti Arfak.
Tidak ada yang mustahil jika mau berusaha. Hal ini sudah dibuktikan oleh Henok. Dengan perjuangannya di Sijo, kini anak-anak dapat bergembira karena bisa lebih mudah mendapatkan pengetahuan dan hiburan berkat kemampuannya dalam membaca dan menulis.
Sijo dan Mimpi Henok
Rumah baca Sijo sudah membawa perubahan yang luar biasa untuk masyarakat di Arfak. Bersama rumah baca Sijo Henok berhasil menunjukkan bahwa berkat kerja keras, sedikit langkah yang dilakukan bisa membawa banyak perubahan.
Nama Sijo yang berarti terimakasih menunjukkan rasa terima kasih kepada Henok yang tetap memilih untuk kembali ke kampung halaman setelah merantau agar bisa mendapat pendidikan yang baik.
Keputusan Henok pun perlu mendapat acungan jempol. Di saat banyak anak muda yang lebih memilih bekerja di kota dengan karir menjanjikan, Henok lebih memilih untuk balik kampung dan mengabdikan diri untuk lingkungannya.
Berkat semangat dan dedikasinya, Henok mendapat anugerah SATU Indonesia Awards. Anugerah tersebut merupakan bentuk apresiasi terhadap anak muda yang mengabdikan diri dan berkontribusi untuk kemajuan lingkungan.
Henok Ayaumen sudah memutus rantai buta huruf di Arfak dengan sumbangsihnya. Anda pun bisa memberikan kontribusi terbaik untuk lingkungan sesuai kemampuan agar Indonesia semakin maju.